Wednesday, July 21, 2010

Wedding Organizer

Wedding organizer. The magic word for the wedding-chaos.

Why do we need them anyway? Dalam pemikiran saya.. karena saya butuh orang tempat saya mengeluhkan semuanya mengenai segala persiapan pernikahan ini. butuh orang untuk dimarah-marahin. dan butuh orang yang akan mengurus semuanya tanpa harus repot-repot. *dipikir-pikir kasian juga WO yang dapet klien seperti kami ini*




Saya membutuhkan WO bukan karena saya tidak percaya dengan kekuatan panitia keluarga. Namun, bagi saya yang perfectionist, saya tidak mau ada sesuatu yang luput untuk hari besar saya. Coba bayangkan kalau panitianya tante-tante dan om-om saya sendiri. Mungkin mereka saat acara juga ingin menikmati, ketemu sodara-sodara.. dan efeknya meninggalkan tugas mereka. Terus saya harus gimana? Saya marah-marahin? Bisa-bisa saya dikutuk jadi batu.

Kedua, menikah itu pengalaman pertama saya. Jadi saya gak tahu apa-apa tentang ini. Mungkin nanti kalau kedua kali saya udah jago *amit-amit jangan sampe ya Allah*. Mama papa juga baru kali ini menikahkan anak perempuannya. Abang? kan Abang ada di Surabaya.. dia hanya bisa mengirimkan doa dan cinta dari jauh. Jadi kami ini totally clueless. Amatiran. Jadi kami butuh saran dari orang-orang yang profesional dan handal di bidangnya.

Jadi, setelah mencari kesana kesini tentang info wedding organizer (yang ternyata ada sejibun).. dan meminta pricelist dan daftar layanan mereka (yang ternyata semuanya sebelas-dua belas miripnya).. saya jadi tahu bahwa mereka itu membagi layanannya menjadi wedding planner dan wedding organizer.

Wedding planner: merencanakan segala sesuatu mulai dari budgeting, pemilihan vendor, time-table sampai pelaksanaan pada hari H; kerja mulai dari kita kontrak.
Wedding organizer: mengatur pelaksanaan wedding di hari-H dan kontrol vendor (biasanya cek kerja vendor sesuai kontrak apa ngga) dan biasanya mulai kerja 1-2 bulan sebelumnya.

Yang membedakan tiap-tiap WO itu adalah bagaimana mereka bikin paketnya. Ada yang strict banget memisahkan wedding planner dan organizer ini, bahkan ke tiap acara, apakah akad-resepsi-atau dua2nya. Terus ada yang flat-rate, ada yang main besar jumlah tamu dan kru WO-nya makin mahal lah bayarannya.

Saat ini saya lagi survey ke 2 Wedding Organizer (nanti saya ceritakan kalau udah fix aja ya). Menurut saya, yang harus dijadikan pertimbangan dalam memilih adalah:
  • Cakupan jobdesc-nya
  • Pengalaman menangani pernikahan sesuai dengan konsep kita (dalam kasus saya, sang WO harus ngerti adat Jawa dong)
  • Pengalaman bekerja di venue kita dan dengan vendor-vendor yang akan kita pilih (supaya enak koordinasinya)
  • Pengalaman bekerja dengan perias / pemangku adat (menurut saya ini esensial, karena acara-acara adat sampai akad itu yang megang biasanya periasnya.. gak lucu kalau mereka berantem depan saya)
  • Kecocokan kita dengan sang WO (ini main feeling aja si, kira-kira kita suka gak kerja sama mereka)
Moga-moga cepet dapet deh supaya bisa mengeluarkan kami semua dari awan hitam pernikahan ini *apa coba*

PS untuk calon WO kami:
kami meminta maaf dulu sebelumnya kalau nanti saya panikan dan pencemas, ibu saya galak dan suka megintimidasi, bapak saya memiliki pandangan sedingin es, dan pacar saya galak seperti mafia. Kami berjanji akan bersikap manis koq. Hehehehe. Tapi biayanya jangan dimahalin ya mas.. mbak.. x)

0 comments:

Post a Comment